23 Oktober, 2010

Musim hujan = Musim Tanam


Datangnya musim hujan tahun ini dalah sebuah permulaan untuk melakukan penanaman di kawasan TNGL yang terdegradasi. Sebelumnya team restorasi tidak mampu melakukan penanaman dikarenakan kemarau yang panjang. Jika kemarau tanah di kawasan TNGL sangat keras dan sangat kering, sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan penanaman.

Untuk itu team restorasi hanya melakukan kegiatan perawatan tanaman yang telah ditanam sebelumnya, selain itu team juga merawat tanaman yang telah tumbuh secara alami di kawasan tersebut. Pembukaan jalur tanam dan pembersihan gulma pengganggu saja yang bisa dilakukan team tersebut.

Sejak bulan Agustus 2010 silam hujan mulai turun di kawasan ini, dan saat itu pula kegiatan penanaman dimulai. Tak jarang lokasi-lokasi yang ditanami tersebut tergenang air, hal ini dikarenakan tanah tidak mampu memegang air dikarenakan tidak ada akar tanaman yang mengikat air-air tersebut. Umumnya air hujan menjadi air limpasan (run off) ditanah yang telah rusak tersebut. Hingga bulan desember ini total penanaman yang telah dilakukan oleh team restorasi dan team KETAPEL sebanyak 30.000 bibit atau setara dengan 30 Ha.

Team SOS-Bali Kunjung Lokasi Restorasi TNGL

Voulunteer Taiwan Tanam Di TNGL

Rainforest Rescue : Bantu Kegiatan Restorasi TNGL

FORDALING Tanam 15 Ha Kawasan TNGL Yang Terdegradasi

FORDALING Kunjungi Pondok Kerja Restorasi

Sawit Dalam Kawasan TNGL Ditertibkan




Upaya penyelamatan kawasan TNGL wilayah Besitang menjadi barometer untuk keberhasilan pengelolaan dan kelestarian TNGL secara keseluruhan. kawasan TNGL di wilayah Resort Sei Betung, Besitang merupakan wilayah yang di jadikan oleh YOSL-OIC sejak tahun 2007 untuk melakukan kampanye penyelamatan Orangutan Sumatera (Pongo abelii),pemberdayaan masyarakat, rehabilitasi kawasan hutan yang terdegradasi dan sejak Desember 2009 YOSL-OIC bersama Balai Besar TNGL dengan di Dukung oleh UNESCO melakukan aksi penumbangan sawit sebanyak 6200 tanaman sawit (lebih dari 60 hektar). Tanaman sawit ini dahulunya adalah milik PT. Putri Hijau dan PT. RAPALA dengan Luas lahan yang dikuasai oleh kedua perusahaan ini mencapai 350 ha. Pada awal tahun 2007 Balai TNGL (yang sekarang menjadi Balai Besar TNGL) telah melakukan penumbangan tanaman kelapa sawit milik PT Rapala dan Putri Hijau dengan menggunakan 4 (empat) eskavator seluas 200 ha. Untuk itulah Mulai Desember 2009 YOSL-OIC, Balai Besar TNGL dan UNESCO melanjutkan aksi penumbangan sawit ini bersama.

Salah satu dampak dari perubahan tutupan hutan menjadi perkebunan kelapa sawit dan karet di dalam hutan Leuser adalah keluarnya satwa liar dari dalam habitat asli di Leuser keluar dan hidup di areal perkebunan dan perladangan penduduk yang ada di sekitar Leuser. Satwa itu antara lain adalah Orangutan Sumatera (Pongoo abelii),Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus), Beruang madu (Helarctos malayanus), Kedih (Presbytis thomasi), dan lain-lain. Akibat masuknya satwa liar ke areal kebun masyarakat sehingga muncul konflik antara manusia dan satwa, seperti kerusakan tanaman dan buah di kebun, upaya pembunuhan dan menyakiti satwi oleh manusia akibat merasa dirugikan, dan lain-lain. Untuk itu upaya rehabilitasi dan perlindungan kawasan Leuser sebagai habitat alami berbagai satwa sangat penting dilakukan.

Upaya penegakan hukum termasuk aksi pemusnahan sawit di dalam kawasan TNGL ini sangat mendukung kegiatan kampanye bangga yang sedang di laksanakan. Hal ini untuk memperlihatkan kepada semua khalayak bahwa berbagai upaya sedang dilakukan untuk menyelamatkan kawasan TNGL khususnya di wilayah Besitang, dan berbagai peran sangat dibutuhkan terutama peran serta masyarakat sekitar untuk melestariakn dan melindungi TNGL.

Momo Mulai Dapat Tempat Dihati Masyarakat



Desa demi desa, sekolah demi sekolah telah Momo sapa dan datangi. Anak-anak yang tinggal di desa-desa target kampanye sudah sangat mengenal si Momo saat ini. Senyum dan tawa anak-anak menjadi sambutan saat kedatangan Momo ke kampung dan sekolah mereka. "Si Momo satwa apa namanya? Orangutan sumatera..", itu adalah pertanyaan dan jawaban itu selalu mengiring pertemuan dan perkenalan Momo dengan anak-anak yang dijumpai.

Tidak sebatas kepada anak-anak saja, ternyata orang tua dan ibu-ibu pun menyukai kedatangan si Momo. Kesempatan ini lah yang dimanfaatkan oleh tim untuk berkampanye kepada para orang tua anak-anak yang sebenarnya menjadi khalayak utama kampanye bangga. Keluarga merupakan wilayah strategis yang harus dijangkau oleh kampanye bangga. Bagaimana tidak, anak-anak yang telah bertemu si Momo telah menerima pesan dan diberi buah tangan seperti media kampaye seperti poster, stiker, Pin, gantungan kunci, kalender kemudian mereka bawa pulang ke rumah mereka masing-masing kemudian dilihat dan dibaca oleh setiap anggota keluarga mereka. Proses komunikasi dalam keluarga seperti inlah yang diharapkan untuk membantu kampanye menyebebarluaskan pesan kepada semua khalayak. Ditambah lagi kehadiran ibu-ibu dalam setiap kunjungan Momo ke desa menambah kemudahan Tim dan Momo menyebarkan pesan kampanye dan medianya.

Kedekatan Momo dengan anak-anak, juga kaum ibu yang selalu ingin foto bersama si Momo semoga mempermudah dan memperdalam jangkauan kampanye bangga "Sehati Lindungi Leuser".

Hutan Rusak, Air Menjadi Barang Yang Mahal


Desa Mekar Makmur dan Halaban sudah empat bulan ini terus mengalami kemarau panjang. Banyak warga yang setiap harinya harus mengangkut air dengan jarak yang jauh dari rumah mereka. Tidak sedikit juga warga yang harus menumpang hanya untuk sekedar mandi ke rumah tetangga mereka yang sumurnya masih menyimpan stok air. Contohnya saja Pak Sukardi (80 tahun) selama musim kemarau panjang ini ia harus memikul air sejauh 200 meter dari mata air yang masih keluar tidak jauh dari rumahnya. Dengan usia setua itu dia tetap berusa mendapatkan air untuk kebutuhan sehari-hari walaupun harus dengan memikul.

"Kenapa...hujan tidak turun juga..???", itu adalah ungkapan yang dikeluhkan banyak masyarakat di sana. Hasil obrolan kepada bebeapa masyarakat "mengatakan : ini adalah kemarau yang terpanjang dibanding dengan tahun sebelumnya". Menurut bapak dan ibu kira-kira apa penyebabnya? (tanya tim kepada masyarakat), "ya...salah satu penyebabnya karena akibat hutan leuser yang semakin rusak!", kemudian faktor yang lain : "sekarang dimana-mana dunia ini semakin panas".

Dari obrolan dan perbincangan dengan beberapa masyarakat yang terjadi di warung, saat berkumpul ungkapan yang senada dengan itu selalu muncul bila tim ajukan dengan pertanyaan yang sama. Jawaban dan ungkapan tersebut sebenarnya memberikan gambaran bahwa, di hati kecil mereka menyadari bahwa dampak dari kerusakan hutan Leuser telah mereka rasakan dengan kurangnya cadangan air tanah bila musim kemarau. Dan dengan ungkapan "Dunia ini semakin panas" sebenarnya mereka sudah menyadari kalau saat ini sudah sangat terasa dampak dari Global Warming.

Bukan hanya manusia yang merasakan dampak dari kondisi yang panas ini, akan tetapi tanaman yang ada di demplot juga jadi kekurangan air. Untungnya para petani yang mengelola demplot sudah berhasil memanen sebagian hasilnya, sehingga sudah ada hasil yang dapat mereka rasakan. Strategi pengembangan dan adopsi demplot untuk waktu berikutnya haruslah memiliki strategi penanggulangan kekurangan air ini, karena air menjadi kunci dalam pertumbuhan dan hasil tanaman.

Menanam Pohon di Hari Kebangkitan Nasional


Dalam rangka mengisi hari besar indonesia yaitu "Hari Kebangkitan Nasioanal" yang jatuh tepat pada setiap tangal 20 Mei, Kampanye bangga "Sehati Lindungi Leuser" pun tak mau ketinggalan dengan momentum ini. pada hari ini kampanye bangga membawa para pemuda untuk melihat kondisi hutan Leuser yang terdegradasi yang terletak di blok hutan sekitar resort Sei Betung, Besitang.

Pada kunjungan ini, para peserta diberikan wawasan konservasi yang dilakukan di pondok Restorasi OIC di Desa Halaban. Setelah Ari Azhari (staf Lapang-OIC untuk restorasi) memberikan materi singkat di pondok kerjanya. Kegiatan dilanjutkan dengan belajar pembibitan tanaman dan dan aksi menanam pohon. Setiap pohon yang telah di tanam oleh setiap peserta diberi label (jenis pohon, nama penanam, tanggal penanaman).

Tujuan kegiatan ini adalah : (1) untuk memberikan penjelasan kondisi faktual Taman Nasional Gunung Leuser wilayah Besitang saat ini dengan berbagai ancaman yang ada, (2) meningkatkan kesadaran peserta terhadap peran manfaat dab penting kawasan TNGL untuk mendukung kehidupan masyarakat sekitar, (3) menanamkan kecintaan dan kepedulian untuk melindungi Taman Nasional Gunung Leuser wilayah Besitang.

Semoga pohon yang telah ditaman akan tumbuh menjulang menghijaukan Leuser kembali. Semoga dengan Hari Kebangkitan Nasioanal ini para pemuda itu juga akan bangkit menjadi generasi konservasi yang selalu mendukung upaya perlindungan Taman Nasiona Gunung Leuser di masa depan.

22 Oktober, 2010

OIC dan KETAPEL Bangun Pondok Kerja Restorasi dan Pusat Pembibitan Di Kawasn TNGL




Guna meningkatkan keberhasilan program rehabilitasi kawasan TNGL terutama kawasan yang terdegradasi khususnya di wilayah Besitang (Resort Sei Betung), melalui pola kemitraan antar multi stake holder (BBTNGL, YOSL-OIC dan KETAPEL serta beberapa lembaga lainnya). Yayasan orangután Sumatera lestari-Orangutan Information Centre (YOSL-OIC) dan Kelompok Tani Pelindung Leuser (KETAPEL) membangun pondok kerja dan pusat pembibitan di dalam kawasan TNGL.

Selain digunakan sebagai pondok kerja, bangunan berukuran 6 m x 4 m ini juga akan difungsikan sebagai pos pengamanan bersama dalam upaya meningkatkan pengamanan dan pengawasan kawasan konservasi ini. Pembangunan pondok kerja ini dilaksanakan pada bulan maret 2010. Selain pondok kerja dan pusat pembibitan, YOSL-OIC dan KETAPEL juga akan membangun rumah kompos di tempat yang sama. Rumah kompos ini nantinya akan digunakan untuk pembuatan kompos secara swadaya oleh masyarakat guna mendukung program pemulihan habitat alami kawasan TNGL yang terdegradasi. Kompos yang dihasilkan nantinya akan digunakan untuk memperbaiki tanah-tanah yang miskin unsur hara pada saat penanaman kembali kawasan yang telah rusak.

Pusat pembibitan dibangun seluas 16 m x 12 m yang dapat menampung 30.000 batang bibit. Bangunan nursery ini di bangun dengan menggunakan polynet pada sisi dinding dan sarlon pada sisi atapnya. Nantinya KETAPEL akan memproduksi bibit-bibit tanaman yang merupakan tanaman asli dari kawasan ini seperti; Meranti (Shorea sp), Damar (Agathis sp), Cengal (Hopea sp), Merbau (Insia bijuga), ingul/suren (toona surenii), Trembesi (Pithecolobium saman), dan beberapa tanaman buah khas TNGL.

Tentunya dengan di bangunnya Pondok kerja yang juga difungsikan sebagai pos pengamanan bersama ini dapat membantu dalam upaya perbaikan kawasan dan juga dapat meningkatkan pengamanan kawasan dari kegiatan-kegiatan illegal seperti penebangan liar, perambahan, perburuan satwa dan lain-lain. Pusat pembibitan yang dibangun juga dapat menghasilkan bibit-bibit yang bermutu yang merupakan tanaman khas dari kawasan ini untuk di tanamkan kembali pada kawasan yang telah terdegradasi.

Program Restorasi Kawasan TNGL
Terhitung Sejas Tahun 2008 hingga 2010 ini total luasan yang telah dilakukan penanaman kembali adalah 232 Ha dengan jumlah bibit yang ditanam 255.200 batang bibit. 70 % dari tanaman yang telah ditanam adalah merupakan tanaman jenis kayu hutan (Pioner dan tanaman endemik), 30 % lainnya adalah tanaman berbuah yang dapat menjadi suber pakan satwa. Hingga bulan maret 2010 tak kurang dari 75 Ha tanaman tersebut telah dilakukan perawatan kembali. Dalam program 2008 hingga 2010 ini tak kurang dari 50 spesies tanaman telah dikembangkan oleh Kelompok Tani Pelindung Leuser (KETAPEL) diantaranya ; Meranti, Damar, Beringin, Sungkai, Sempuyung, Luingan, Bayur, Durian, Cempedak, Petai, Jering, Pulai , dan lain-lain. Dengan tertanaminya kembali kawasan yang terdegradasi ini diharapkan kawasan ini dapat kembali menjadi hutan yang dipercaya masyarakat sebagai hutan penyangga kehidupan.

SMP Negeri 3 Satu Atap Desa Halaban Tanam 1.000 Pohon di kawasn TNGL




Tanggal 1 maret lalu, SMP Negeri 3 Satu Atap Desa Halaban mendapat kesempatan menjadi salah satu sekolah yang mendapat kunjungan sekolah (school Visit) dari Yayasan Orangutan Sumatera Lestari-Orangutan Informasi Centre (YOSL-OIC). Kegiatan yang bertujuan memberikan penyuluhan dan penyadartahuan kepada masyarakat khususnya pada siswa/i di sekolah yang dikunjungi. Mereka mendapat kunjungan karena lokasi desa mereka berbatasan langsung dengan kawasan konservasi yaitu Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL). Tentu saja kunjungan diharapkan akan menghasilkan rasa kesadaran yang tinggi bagi siswa/i yang sekolahnya dikunjungi. Terutama kesadaran akan pentingnya menjaga kawasan hutan dan lingkungan hidup mereka.

Kegiatan ini di awali dengan memberiakan penyuluhan tentang arti penting dan manfaat kawasan hutan untuk kehidupan. Acara dilanjutkan dengan pemutaran film Lingkungan berjudul "Leuser Sumber Kehidupan". Tak lupa pula ada sesi tanya jawab dan berdiskusi. Selain penyuluhan kegiatan ini juga membawa perpustakaan keliling. Adanya perpustakaan keliling ini dimanfaatkan oleh siswa/i baik tingkat SMP maupun tingkat SD yang menjadikan sekolah ini disebut sekolah Satu atap. Siswa/i sangat antusias mengikuti kegiatan ini. Buku-buku cerita anak menjadi pilihan bagi mereka.

Selain kegiatan penyuluhan dan penyadartahuan serta perpustakaan keliling, siswa/i SMP N 3 Satu Atap juga melakukan aksi peduli dengan melakukan penanaman di kawasan TNGL yang terdegradasi khususnya di Wilayah SPTN IV Besitang di Resort Sei Betung. Masing-masing siswa menanam 20 pohon. Sementara itu jumlah peserta tak kurang dari 50 orang khusunya yang telah menginjak kelas III SMP. Kegiatan penanaman ini di pandu oleh Kelompok Tani Pelindung Leuser. (KETAPEL). Seusai acara para siswa mendapat cendramata berupa; poster, kalender, stiker, buku tulis orangutan, serta buku bacaan berjudul "Sahabat Hutan". Dengan adanya kegiatan ini diharapkan akan menimbulkan efek langsung yaitu meningkatnya kepedulian para siswa dalam upaya menyelamatkan TNGL. Kegiatan penanaman kiranya akan memberikan kesan kenal seumur hidup salah satu upaya penyelamatn hutan yang berbatasan dengan tempat tinggal mereka.

Pernyataan Sikap KETAPEL

Pernyataan sikap oleh seluruh anggota KETAPEL yang dilaksanakan pada tanggal 02 November 2008 yang dihadiri oleh Pemerintahan Desa Halaban, BBTNGL, YOSL-OIC, WCS-IP, Tokoh-tokoh masyarakat dan tokoh agama serta masyarakat desa halaban.

Hutan Leuser Memang Kaya Keanekaragaman Hayati

Tanggal 3 Februari 2010 saya bersama teman-teman yang tergabung dalam Kelmpok Tani Pelindung Leuser (KETAPEL), berinisiatif masuk kedalam hutan rimba tersebut. Kami saat itu berlima, saya (Arie), Ibrahim, Sukirman, Basir, dan Botak, saya penasaran dengan kondisi alami hutan tersebut. Kenapa? karena selama 2 tahun saya menjalankan tugas saya selaku koordinator divisi koservasi di Yayasan Orangutan Sumatera Lestari-Orangtan Information Centre (YOSL-OIC) hanya tiga kali saya masuk kehutan induk, itupun di lokasi yang sama, tepatnya di TN 64 saat melakukan aktifitas Analisis Vegetasi.

Laba-laba berkaki panjang

Singkat cerita kamipun berangkat, saat itu waktu menunjukkan pukul 14.00 wib. Hingga ke batas TN kami menggunakan Kereta (sepeda motor), sisanya kami lakukan dengan jalan kaki. Kurang lebih setengah jam kami berjalan kaki. Seharusnya bisa lebih cepat, namun karena melewati tanaman kelapa sawit yang telah ditumbang, perjalanan menjadi lebih lambat karena jalan menuju hutan tersebut terhalang oleh batang-batang sawit yang di tumbang tersebut.

Laba-laba berwarna cerah

Tak lama kamipun sampai di hutan rimba leuser. Salah satu dari kami (ibrahim) berjongkok sambil mencecahkan tangannya ke tanah. Baru kemudian kami melanjutkan perjalanan. Saya bertanya padanya (ibrahim) "tadi itu melakukan apa bang?" tanya saya. "Tiap kali masuk hutan kami selalu berdoa untuk keselamatan kita, karena kita memasuki wilayah yang lain". Jawabnya. Sepanjang perjalanan saya menyaksikan pohon-pohon yang sangat rapat. Sebagian ukuran batangnya sangat besar sekali dengan tambir akar yang kokoh sebesar tembok. Dibawah kanopi hutan rimba leuser itu sangat teduh, sedikit sekali sinar matahari menyentuh lantai hutan tersebut.

Tak lama kami melihat beberapa jenis jamur tumbuh di dasar hutan. Kemudian tidak jauh dari tempat tersebut kami menemukan buah-buah hutan yang baru saja di makan oleh satwa yang tinggal dihutan tersebut. kami terus saja berjalan sambil melihat kekiri dan kekanan dari jalan yang kami lalui. Didsar hutan kami berjumpa dengan seekor semut namun ukurannya cukup besar. Masyarakat biasanya menyebut semut tersebu dengan sebutan "semut gorila" ini dikarenakan warnanya yang hitam dan berukuran besar. Selain serangga kami juga menjupai beberapa bunga hutan yang cukup indah. Kami terus melangkah, sesaat kemudian saya terkejut ada suara yang cukup keras dari atas pohon tak jauh dari kami. ko..wak...ko...wak...ko..wak..saya bertanya pada kawan kawan tentang suara tersebut. Mereka menjelaskan bahwa suara tersebut berasal dari burung rangkong. Burung rangkong!, ya...saya baru ingat, hutan leuser juga habitat alami dari burung besar dan terkenal itu. Masyarakat yang terbiasa masuk hutan ini percaya bahwa jika burung tersebut bersuara ini berarti datuk (sebutan untuk gajah) berada tidak jauh dari lokasi dimana burung itu hingga. Sungguh bener-benar menakjubkan.

Hari semakin sore kamipun segera merencanakan untuk keluar dari hutan. Konon kata mereka saat magrib(senja) kita tidak boleh melanjutkan perjalanan karena kita bisa tersesat di hutan ini. Dalam perjalanan keluar tersebut secara tidak sengaja kami bertemu dengan seekor laba-laba yang tubuhnya cukup mungil, namun kaki-kakinya sangat panjang. Badannya di bebintik putih berpola, dia sedang diam diatas daun pohon hutan. Cepat-cepat saya mengambil kamera dan mengabadikannya. Tak lama hidung saya mencium sesuatu, bau aroma susu putih ya...harumnya sangat terasa. Saya bertanya pada mereka "kok bau susu ya?". Ya iya bang arie kita berda tepat dibawah pohon meranti susu, ini ciri khas tanaman meranti susu. Wah luar biasa sekali, saya terkagum-kagum.

Kamipun terus berjalan, tiba-tiba basir berkata "Bang mau lihat kupu-kupu cantik?" "mana?" tanya saya, basir segera menunjuk ke sebuah arah...iya benar itu kupu-kupu, warnanya transparan dengan totol hitam keabuabuan. Terbangnya sangat tenang, kalau dilihat sepintas mirip dengan daun pohon yang sedang gugur. Tak lama kamipun melihat lebih banyak lagi kupu-kupu sejenis terbang tepat diatas kami. jumlahnya cukup banyak. Ada juga yang berwarna lain, berwarna cerah. Sayang saat itu batere kamera saya lowbete, sayapun tak bisa mengabadikan gambar kupu-kupu tersebut.

Kami melanjutkan perjalanan, kami tidak mau kemalaman di hutan, dalam perjalanan pulang ini kami melihat sarang orangutan di atas pohon yang cukup tinggi. Sungguh pengalaman yang luar biasa yang saya dapatkan disini. Ternya hutan leuser di Sei Betung masih memeliki keindahan yang tidak ternilai. Semoga saja keelokan ini akan tetap terjaga hingga ke anak cucu kita...semoga....!

Pemanfaatan Kotoran Gajah Sebagai Kompos

Ditertibkannya Tanaman kelapa sawit eks PT. Rapala dan PT. Putri Hijau di dalam kawasan hutan TNGL telah mengundang satwa besar sumatera yaitu datuk (sebutan untuk gajah). Akhir-akhir ini datuk memang sering datang ke daerah ini. Ini dikarenakan banyaknya sumber makanan berupa pelepah sawit yang telah di tertibkan tersebut. Masuknya koloni gajah-gajah liar ini meninggalkan banyak kotoran dilokasi yang akan dilakukan penanaman kembali (restorasi).

Tapi ternyata kotoran ini dapat dimanfaatkan masyarakat selaku penggiat kegiatan perbaikan kawasan ini. Kotoran-kotoran gajah ini dikumpulkan masyarakat untuk digunakan sebagai kompos yang akan di berikan kepada tanaman yang telah ditanam. Ada beberapa keuntungan penggunaan kompos kotoran gajah-gajah ini, diantaranya ; tanaman tidak mengalami dehidrasi hebat karena penguapan pada tanah dapat terhambat terutama tanah di sekitar tanaman. Manfaat lainya adalah terhindarnya tanaman dari perusak seperti babi hutan, karena ternyata babi hutan tidak berani merusak tanah disekitar tanaman dikarenakan bau dari hewan besar tersebut tercium olehnya. Manfaat lainnya tanah akan menjadi gembur dan daya simpan air pada tanah semakin baik dikarenakan air tanah tersebut tersimpan pada kompos kotoran tersebut.

Kita berharap dengan mengunakan bermacam metode perlakuan yang dilakukan masyarakat yang tergabung dalam KETAPEL ini dapat meningkatkan persentase pertumbuhan bibit yang ditanam, sehingga tanaman akan dapat tumbuh dengan baik, dan proses pembentukan hutan muda pada lokasi yang telah terdegradasi tersebut dapat berjalan lebih cepat.

Tips menggunakan kotoran gajah sebagai kompos

  1. Kumpulkan semua kotoran gajah yang kita temui
  2. Biarkan Kotoran tersebut selama kurang lebih 7 hari
  3. Hindari kontak langsung dengan tanah saat mengumpulkan kotoran tersebut untuk menghindari rayap.
  4. Usahakan menggunakan pelapis kulit saat memegang atau mengambil kotoran, karena kotoran gajah biasanya sangat gatal jika terkena kulit, ini terkait dengan makanan yang ia makan.
  5. Uraikan kotoran tersebut dengan tangan saat akan digunakan
  6. Sutupkan di sekitar lubang tanam pada tanaman yang telah di tanam
  7. Usahakan kotoran tersebut tidak menempel pada batang tanaman untuk memberi ruang udara pada tanaman.

Semoga pengalaman yang telah kami lakukan ini dapat bermanfaat untu para penggiat konservasi khususnya di bidang perbaikan habitat hutan yang telah rusak.

KETAPEL Belajar Merestorasi TNGL

Tanggal 15 Oktober tahun 2009 silam Kelompok Tani Pelindung Leuser (KETAPEL), berinisiatif melakukan study banding mengenai Restorasi. Tempat yang kami tuju adalah Resort Cintaraja Eks perkebunan PT.Mutiara yang sedang dilaksanakan Restorasi oleh BBTNGL dan UNESCO. Tujuan dari kegiatan Study banding ini untuk peningkatan kapasitas anggota KETAPEL dalam upaya restorasi yang mereka lakukan di TNGL resort Sei Betung.

Jam 03.15 wib (dini hari) kami akhirnya tiba di lokasi restorasi tersebut. Terdengar suara Genset dan gong-gongan anjing menyambut kami, satu persatu penghuni pondok restorasipun keluar menyambut kami. Dengan penuh keramahan kami disambut pak Keleng Ukur, pak Piyu dan beberapa kawan-kawan yang lain yang telah menunggu kedatangan kami sejak tadi sore. Bercengkrama dan saling berbagi pengalamanpun terjadi dalam perbincangan kecil kami. Saling memperkenalkan diri, sambil menikmati teh dan kopi yang telah di suguhkan kawan-kawan di pondok restorasi ini. Lelah bercerita kamipun beristirahat untuk menghilangkan rasa lelah kami dijalan tadi.

Berdiskusi dan saling bertukar informasi

terkait kegiatan restorasi

Pagi menjelang...tak terasa sudah jam 9.00 wib. Selanjutnya dipandu oleh Bpk Ahtu, kamipun berdiskusi, lumayan panjang diskusinya. Kami berbagi banyak hal. Beberapa pelajaran bisa di bawa pulang nantinya diantaranya; pada program restorasi ini pemusnahan tanaman kelapa sawit menggunakan minyak lampu (tidak menggunakan racun), mempelajari jenis-jenis bibit yang dikembangkan, cara memperbanyaknya jenis-jenis tanaman, cara perawatannya, dll. banyak sekali pengalaman baru yang kami dapatkan. Selain berdiskusi, kami juga melakukan kunjungan kelapangan melihat-lihat tanaman yang telah di tanam dan telah tumbuh. Melihat langsung lokasi pembibitan, tak jarang beberapa pertanyaan mengalir dari kami, dan kawan-kawan yang melaksanakan restorasi ini menjawab dan memberikan informasi yang ingin kami ketahui tersebut. "Senang rasanya bisa belajar seperti ini" ungkap saya dalam hati.

Selesai kami melihat secara langsung kegiatan yang dilakukan dalam upaya merestorasi kawasan TNGL, kami diberi kesempatan untuk menanam beberapa pohon dilokasi tersebut. Saya dapat kebagian menanam pohon Bayur (Pteruspermum javanica) . Banyak perbedaan dan banyak pula persamaan yang kami dapatkan jika dibandingkan dengan program Restorasi yang kami laksanakan. Namun kata pak Piyu hal itu jagan menjadi beban kita. Tujuan kita tetap satu "Menyelamatkan leuser untuk tetap lestar" ujar pak Piyu kepada kami. Ada hal yang hingga kini masih saya ingat pak keleng Ukur berkata "kalau kita ingin memperbaiki leuser kita harus punya niat, tentunya niat yang baik dan Ikhlas, mudah-mudahan apa yang kita buat itu bisa terlaksana, bersihkan dulu hatimu, bersihkan juga niatmu " itu yang diucapkan pak Keleng ukur pada Kami. Saya teringat Hadis Nabi MUHAMMAD SAW, yang artinya "segala sesuatu itu harus didahului dengan nia". Ya...saya sependapat dengan pak Keleng Ukur.

Melihat secara langsung jenis bibit yang di

kembangkan dan telah ditanam

Tepat tengah Hari kamipun berpamitan dengan kawan-kawan penggiat restorasi yang menurut saya pahlawan untuk TNGL. Kami mengucapkan banyak terimakasih dengan semua yang telah kami pelajari, kawan-kawan di program restorasi ini juga ingin bergantian mengunjungi lokasi yang sedang dilakukan restorasi oleh KETAPEL. Kami berharap apa yang telah kami dapat ini dapat bermanfaat untuk kami, dan dapat pula kami menerapkan hal yang sama untuk upaya penyelamatn masa depan TNGL, dan semoga hasil belajar kami ini dapat memotifasi untuk kami melakukan yang terbaik untuk leuser.

Pemanfaatan Koran Bekas Sebagai Mulsa

Kedatangan Aiba Godwin (volunteer dari pemerintah Australia) membawa angin segar di Program Restorasi TNGL yang dilakukan bersama antara BBTNGL, YOSL-OIC dan KETAPEL. Bulan Oktober silam, Aiba memberikan pelatihan bagaimana menggunakan koran bekas dijadikan sebagai mulsa untuk tanaman. Pelatihan dimulai pukul 15.00 wib hingga pukul 17.00 wib, cukup singkat memang. Pelatihan ini bertujuan untuk penguatan kapasitas para anggota KETAPEL selaku pelaksana program ini. Kegiatan ini diikuti oleh 12 orang anggota KETAPEL termasuk ketua KETAPEL, 3 orang dari OIC Medan dan 2 orang dari pihak TNGL Resort Sei betung.

Pelatihan ini dibuka dengan pemberian materi pelaksanaan pemasangan mulsa, yang kemudian diikuti dengan prakek dilapang. Semua kegiatan dilaksanakan langsung dilokasi restorasi. Aiba menjelaskan bahwa mulsa koran ini sangat baik di aplikasi pada tanaman yang ditanam di tanah yang kering dan keras.

Mulsa sendiri dapat kita artikan sebagai suatu proses menciptakan lapisan bahan organik di permukaan tanah disekitar tanaman, sehingga dapat mendorong pertumbuhan tanaman dengan memperbaiki kondisi tanah, dan meningkatkan kelembaban tanah disekitar bibit yang telah ditanam


Sejarah Taman Nasional

Gagasan kata Taman Nasional pertama kali diperkenalkan pertama kali sekitar abad ke-19 tepatnya pada tahun 1810 seorang berkebangsaan inggris yang juga seorang puitris yang bernama William Wordsworth yang menggambarkan Danau District sebagai "sebuah bagian dari hak milik nasional di mana setiap orang memiliki hak bagi yang memiliki mata untuk menerima dan sebuah hati untuk menikmati". Inilah awal perjalanan sejarah Taman Nasional.

William Wordsworth
Disisi lain seorang pelukis bernama George Catlin merasa kekhawatir akan masa depan penduduk asli Amerika dengan segala keajaiban alamnya yang dia temui dalam perjalananannya menuju Amerika barat 1932, beliu menulis bahwa apa yang dia lihat itu dapat dilindungi agar tetap ada dan lestari. Dia menuliskan “Oleh kebijakan pemerintah untuk melindungi... dalam sebuah taman yang luar biasa... Sebuah Taman Nasional, berisikan manusia dan hewan, di keliaran dan kesegaran dari keindahan alami mereka!”Mungkin hal ini dia sampaikan kepada pemerintah amerika pada masa itu. Untuk melindungi keindahan alami yang dia lihat selama dalam perjalanannya.
George Catlin

Singkat cerita mimpi George Catlin untuk melindungi apa yang pernah dia lihat tersebut baru dapat terealisasi pada masa pemerintahan presiden Amerika Abraham Lincoln, dimana presiden Amerika tersebut menandatangani "Act of Congress" pada 30 Juni 1864. Saat itu presiden Amerika tersebut menetapkan Lembah Yosemite dan Mariposa Grove di Giant Sequoia (Negara bagian California) Menjadi Taman Nasional Yosemite. Inilah kali pertama usaha pemerintahan Amerika Melindungi dan menetapkan sebuah kawasan menjadi kawasan yang dilindungi. Namun visi Taman Nasional di Yosemite belum begitu jelas dan belum lengkap dan pengelolaannya masih dipegang oleh kepala negara bagian. Yosemite sendiri tidak menjadi Taman Nasional secara legal hingga 1 Oktober 1890.

Pada tahun 1872, kawasan daerah Yellowstone diresmikan sebagai Taman Nasional. Inilah Taman Nasional pertama di dunia dalam sejarah dunia. Namun tidak seperti Yosemite dimana pemerintah negara bagian menjadi penanggung jawab kawasan tersebut, di Taman Nasional Yellowstone tidak ada pemerintah negara bagian yang melindunginya, sehingga Pemerintah Federal mengambil alih tanggung jawab kawasan tersebut secara langsung.

Mengikuti jejak diresmikannya Yellowstone sebagai Taman Nasional, negara-negara lainpun ikut meresmikan kawasan-kawasan yang mereka pandang pantas menjadi Taman Nasional. Di Australia, kawasan yang bernama Royal di sebelah selatan Sydney diresmikan sebagai Taman Nasional Royal pada tahun 1879. Berikutnya tahun 1887 di Negara Kanada, daerah Gunung Rocky juga diresmikan menjadi Taman Nasional dengan nama Banff National Park, inilah Taman Nasional pertama di Kanada. Selanjutnya Selandia Baru memiliki Taman Nasional pertamanya pada 1887. Di Eropa Taman Nasional pertama diresmikan pada 1910 di Swedia. Setelah PD II banyak Taman Nasional diresmikan di seluruh dunia. Taman Nasional terbesar yang pernah di tetapkan sepanjang sejarah adalah Northeast Greenland National Park, yang didirikan sejak tahun 1974.

Anda Butuh Bibit ?

Menyediakan Aneka jenis bibit tanaman seperti : Bibit pohon Damar, Meranti, Bayur, Pulai, Sungaki, Beringin, Buah Periuk, Durian, Cempedak, Sukun, Mahoni, Manggis, dll. Jika anda berminat Dapat Datang langsung ke Desa Halaban Dusun IX Wonosari Kecamatan Besitang Kabupaten langkat. Kontak Person :081376470977 (Hasan Basri/Baron)